Kamis, 05 Juli 2007

Branded Luar, Lokal dan Rakitan

Setiap kali membeli komputer, kita akan selalu ditanya oleh penjual, “Mau beli yang mana, branded atau rakitan?” Kalau kita menjawab “branded”, selanjutnya kita akan ditanya “Mau merek apa?” Coba kita dengar dan perhatikan merek-merek yang disebutkan oleh penjual.
Apakah kita tahu, asal produk yang merek-mereknya disebutkan oleh penjual. Yakin..., sebagian dari kita selalu menganggap merek-merek yang disebutkan penjual tadi berasal dari luar negeri. Padahal tidak selalu, ada merek-merek yang disebutkan penjual juga yang buatan dalam negeri, tidak yakin, tidak percaya atau ragu-ragu?
Boleh jadi kalau kita mau jujur, keyakinan diri sendiri pada masyarakat kita masih cukup rendah. Kita kurang yakin akan kemampuan diri kita sendiri, bahkan lebih parah lagi kadang-kadang kita juga meragukan kemampuan rekan atau saudara-saudara kita.
Sebagai contoh, pada saat daerah kita mendapatkan piala Adipura sebagai lambang kota yang bersih, kita terkejut dan seakan tak percaya. Apa benar, Jangan-jangan ada main dibelakang sama tim penilainya?
Mengapa kita kadang kala sampai berpikir demikian, apa benar kita tidak punya sama sekali keyakinan diri? Kami percaya, kalau dikatakan demikian kita akan menolak keras. Kalau demikian, seberapa besar keyakinan diri yang kita punya? Tidak sedikit dari kita yang mampu menjawabnya.
Berbicara soal keyakinan, tentunya juga bericara soal kepercayaan, dan kemudian juga pasti bicara masalah pembuktian. Nah, ini yang sulit, kalau sudah bicara soal pembuktian, bagaimana mungkin kita membuktikan sesuatu kalau kita sendiri belum pernah ada yang mencobanya.
Masalah mencoba, tentu sebagian besar dari kita pernah mencoba komputer rakitan, bagaimana hasilnya? Harus kita akui kalau komputer rakitan kata orang untung-untungan, kalau dapat bagus hasilnya akan bagus kalau dapat jelek hasilnya akan jelek.
Bagaimana supaya kita bisa mendapatkan komputer rakitan yang bagus dan harganya pun sesuai dengan anggaran kita. Berikut kiat-kiatnya :
1.Tentukan kebutuhan kita
Dalam mencari komputer rakitan kita harus dapat menentukan kebutuhan kita. Apakah kita menggunakan hanya sebatas mengerjakan kebutuhan perkantoran, seperti mengetik surat dan laporan serta membuat tabel-tabel atau sebagai alat hiburan di rumah (home entertainment). Hal ini sangat penting karena pemilihan kemampuan, jenis dan kapasitas isi dalam komputer tergantung dari kebutuhan ini.
2.Tentukan anggaran yang tersedia
Hal kedua yang harus kita sampaikan ke pedagang/penjual komputer adalah jumlah anggaran yang tersedia. Masing-masing komponen mempunyai kelasnya, ada yang bagus, sedang dan murah meriah. Pedagang/Penjual akan menghitung harga masing-masing komponen, jika ternyata masih dibawah anggaran yang tersedia tentu anda memilih komponen yang kelasnya bagus.
3.Tentukan merek, jenis dan tipe isi dalamnya
Seperti juga kendaraan bermotor, setiap merek pasti punya kelebihan dan kekurangannya. Jangan segan dan sungkan bertanya kelebihan dan kekurangan dari merek masing-masing komponen. Demikian pula dengan jenis dan tipenya karena masing-masing jenis dan tipe berkaitan erat kebutuhan akan digunakan sebagai apa komputer tersebut.

4.Tentukan pedagang/penjualnya
Kiat 1 sampai dengan 3 tidak akan berguna jika pedagang/penjualnya 'nakal'. Karena bisa saja suatu merek disebutkan bagus oleh penjual karena mereka telah menjalin kerjasama yang baik dengan merek tersebut atau merek tersebut memberikan keuntugan yang lebih untuk mereka. Dalam menentukan pedagang/penjualnya, jangan segan-segan kita bertanya ke beberapa kawan kita yang telah membeli komputer. Bagaimana barangnya dan pelayanannya.
Penggunaan merek-merek terkenal dan pemilihan jenis-jenis komponen yang bagus-bagus tetap saja bukan tanpa resiko. Karena setiap komponen mempunyai karakteristik-karateristik yang khusus, jadi penggabungan semua komponen-komponen belum tentu cocok dan mendapatkan hasil kinerja yang maksimal dari komputer. Disinilah salah satu titik lemah dari komputer rakitan.
Berbeda dengan komputer branded baik yang luar maupun lokal, pemilihan isi dalam komponen-komponennya sudah melalui uji coba dari pabrik, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal dari kinerja masing-masing komponen.
Kalau kita lihat isi dalam komputer branded sepertinya sama dengan komputer rakitan, bahkan mungkin bisa jadi ada beberapa komponen yang sama merek dan jenisnya dengan yang rakitan. Hal itu mungkin saja terjadi karena pada prinsipnya tidak semua isi komponen komputer branded dibuat langsung oleh merek yang bersangkutan. Tetap saja ada beberapa komponen yang memakai merek-merek lain.
Namun biasanya pemilihan komponen dari merek-merek tersebut tetap saja telah diujicobakan kompabilitasnya sehingga mendapatkan kinerja yang maksimal dari sebuah komputer.
Dari segi penjualan, nasib komputer rakitan lebih baik di banding komputer branded lokal, karena komputer rakitan kita bisa memilih isi dalamnya sesuai dengan selera kita sehingga komputer rakitan sudah mempunyai pangsa pasar sendiri, yaitu orang-orang yang ingin mendapatkan komputer yang bagus tetapi dengan harga yang murah.
Komputer branded lokal terkendala dengan jaringan distribusinya dan biaya produksinya. Kebanyakan penjual segan menawarkan komputer branded lokal karena biasanya penjualan komputer branded lokal hanya melalui satu atau dua distributor disetiap daerah, sehingga harga jual di satu wilayah biasanya sudah ditentukan oleh distributor dan keuntungan pedagang seolah-olah sepertinya juga sudah ditentukan oleh distributor.
Dampaknya sangat tidak bagus, jika kita bertanya dan sengaja mencari komputer branded lokal ada beberapa pedagang/penjual yang mengatakan bahwa komputer branded lokal yang kita tanyakan tersebut tak bagus, tak tahan lama atau alasan-alasan lain sehingga kita kemudian mengalihkan perhatian pada komputer branded luar.
Walau bagaimanapun pedagang/penjual tersebut tidak bisa kita persalahkan, karena memang ada unsur bisnis dan keuntungan disana. Semuanya kembali kepada kita, karena yang butuh barang kita, yang punya uang kita dan yang akan menggunakan komputernya pun kita. Tetapi alangkah eloknya jika uang tersebut kembali ke saudara-saudara kita.

Lisensi, Bajakan dan Gratis

Sudah sedemikian menggemanya Free Open Source Software (FOSS) di dunia dan sudah sedemikian menggemanya Windows di Indonesia menjadikan dua hal tersebut menarik untuk dibicarakan 'bagaimananya'. Sebagai orang awam tentu kita sedikit asing dengan istilah-istilah Free Open Source Software (FOSS), Open Source, Propitery atau Linux.

Demikian juga kawan-kawan yang terbiasa menggunakan komputer, belum tentu juga memahami dan mengerti istilah-istilah tersebut diatas. Tapi, apa hubungannya semuanya dengan judul tulisan ini? Tentu saja ada, karena judul tersebut merupakan gambaran dari istilah-istilah diatas. Mari sama-sama kita ulas.

Selama ini, jika kita membeli komputer merek apapun, apakah yang merek terkenal atau rakitan, kita akan menerima dalam kondisi siap pakai yaitu sudah ada Microsoft Windows dan Microsoft Office nya. Kemudian, oleh penjual pun kita akan ditanyakan mau ditambah program, game dan lagu-lagu apa? Karena disekeliling kita banyak penjual Compact Disc (CD) program, game dan lagu-lagu yang dapat didengarkan melalui komputer.

Beberapa saat kemudian kita dikejutkan dengan melihat sekeliling kita karena menghilangnya para penjual Compact Disc (CD) program komputer. Ada apa dengan para penjual Compact Disc (CD) program komputer?

Keterkejutan kita semakin bertambah, dengan razia yang dilakukan oleh Mabes Polri terhadap perusahaan-perusahaan yang ada di Batam. Terlebih lagi, pihak kepolisian langsung memeriksa beberapa orang Warga Negara Singapura berkenaan dengan penggunaan program aplikasi/perangkat lunak (software) bajakan.

Berarti benar, ada permasalahan yang cukup serius, tetapi permasalahan utamanya bukan pada penjual Compact Disc (CD), tetapi dengan barang yang dijualnya yang biasa kita sebut program komputer.

Entah karena kita tidak mengerti, tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa semua program komputer atau perangkat lunak (software) memang ada seseorang atau perusahaan yang sengaja khusus membuat nya.

Kalau sudah ada unsur waktu dan tenaga yang terpakai untuk membuat program komputer atau perangkat lunak (software) tersebut, tentu kita sudah dapat menduga ujungnya adalah harga yang harus dibayar yaitu biaya.

Sebagai ilustrasi contoh adalah lukisan, kalau kita sudah melukis sebuah pemandangan yang indah dari sebuah satu desa yang terpencil. Lukisan tersebut kita jual kepada kawan. Oleh kawan kita, lukisan tersebut digandakan atau diduplikasi dan diperbanyak untuk kemudian dijual kepada kawan-kawan yang lain, sehingga dia mendapat keuntungan dari hasil tersebut.

Dan kita semakin terkejut, kawan-kawan yang lain berterima kasih kepada kawan kita tersebut karena dianggap telah berjasa dengan menggandakan lukisan yang indah dan menjualnya dengan harga yang sangat murah sehingga mereka semua juga dapat memiliki lukisan dan menikmati keindahannya.

Kalau kita ada dalam posisi sebagai pelukisnya, kira-kira apa yang ada dalam pikiran kita. Apakah kita juga akan berterima kasih kepada kawan kita karena telah menggandakan lukisan kita dan menjualnya?

Rasanya sulit bagi kita untuk bisa menerima seperti itu, karena kita tahu dan sadar bahwa dalam membuat lukisan, kita sudah mengeluarkan waktu, tenaga dan biaya untuk dapat menghasilkan lukisan yang indah tersebut. Kemudian kita menjualnya dengan harga yang telah kita perhitungkan unsur waktu, tenaga dan biaya serta mengharapkan sedikit nilai lebih yaitu keuntungan.

Masalah penggandaan untuk kemudian dijual atau biasa kita sebut pembajakan merupakan salah satu masalah yang biasa terjadi disekeliling kita. Tidak hanya untuk lukisan, tetapi hasil karya lain seperti musik, film, buku bahkan sampai hasil penelitian bibit tanaman pun juga dibajak. Apakah itu kebiasaan atau mungkin sudah menjadi budaya kita?

Kita ambil contoh kembali masalah pembajakan buku-buku pelajaran sekolah atau kuliah. Dengan pertimbangan karena tidak cukup uang, kemudian kita mencari buku-buku bajakan agar dapat memiliki buku tersebut, membacanya dan kemudian kita menjadi tahu dan pintar. Apakah benar?

Coba kita bandingkan dengan kawan kita yang sama-sama tidak cukup uang untuk membeli buku yang asli, dia mencari alternatif lain dengan mencari di koran-koran, majalah-majalah dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya atau karena sekarang sudah semakin banyak warnet dengan harga terjangkau kemudian pergi ke warnet dan dia cari di internet.

Menurut penilaian kita, siapa yang lebih tahu dan pintar? Biarlah diri kita masing-masing yang menjawabnya karena semuanya kembali kepada diri kita, apakah kita selalu mencari jalan pintas walaupun itu tidak baik?

Kembali pada permasalahan sebelumnya, begitu pula yang terjadi dengan program komputer. Program tersebut merupakan hasil karya seseorang atau perusahaan, dan harus ada harga yang dibayarkan atau biaya yang kita keluarkan supaya kita dapat mempergunakannya.

Untuk gambaran saja, harga program komputer Microsoft Windows dan Office saat ini yang berlisensi untuk setiap 1 komputernya tidak kurang dari Rp. 2 Juta Rupiah.

Sebagai perusahaan besar, Microsoft terus berupaya menekan angka pembajakan dengan menawarkan paket-paket murah untuk harga lisensi program-program komputernya. Pertanyaannya, sampai kapan promosi ini? Karena kita tahu, yang namanya promosi itu tidak akan selamanya, tergantung dari situasi dan kondisinya.

Tetapi, melihat angka rupiah tersebut untuk setiap komputernya. Tentu kita dapat menghitung berapa jumlah uang yang harus kita keluarkan jika dikalikan jumlah komputer yang ada di wilayah kita seandainya di wilayah kita ada sekitar 5.000 komputer, laptop dan notebook saja yang berlisensi, Rp. 10.000.000.000,- (Sepuluh Milyar Rupiah). Bagaimana kalau wilayahnya kita perluas menjadi propinsi, atau kita perluas lagi menjadi wilayah negeri ini, berapa komputer, laptop dan notebook yang berlisensi, serta berapa jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli lisensi tersebut.

Apa yang kita dapat dari hasil penjualan itu? Hanya honor dan gaji karyawan saudara-saudara kita yang bekerja di perusahaan penjual saja yang didapat. Selebihnya dan sebagian besar uangnya diterima oleh perusahaan-perusahaan besar pembuat program komputer yang mayoritas berdomisili diluar negeri. Padahal kita tahu, negeri kita berhutang kepada mereka, tetapi kita beli produk mereka sehingga uangnya kembali kepada mereka. Ada apa dengan kita?

Wah, sepertinya kita memusuhi Microsoft atau perusahaan-perusahaan pembuat program komputer lainnya. Jawabannya adalah tidak. Dengan begitu kita menjadi menghargai jerih payah perusahaan-perusahaan tersebut yang telah bersusah payah membuat program komputer sehingga kita tidak lagi membajak hasil karyanya.

Jadi solusinya bagaimana? Mau yang berlisensi mahal.... Mau yang bajakan tak baik dan tak halal....

Hari gini masih bingung soal program komputer yang bagus, gratis dan halal....

Tak perlu bingung karena persoalan ini tidak hanya dialami oleh kita, tetapi juga hampir semua negara yang masyarakat dan pemerintahnya berkeinginan kuat untuk melakukan penghematan sekaligus meningkatkan kemampuan sumber daya manusianya.

Bagaimana caranya? Pertama, sudah ada program komputer namanya Linux, setara dengan Microsoft Windows dan Office yang dibuat oleh masyarakat telematika didunia yang bekerja secara bersama-sama sehingga bebas dipergunakan oleh siapa saja dan dapat diperoleh dengan mendownloadnya di internet secara gratis, atau dengan membeli program komputernya dalam bentuk Compact Disc (CD) yang harganya setara harga CD bajakan sebelumnya.

Kedua, disinilah unsur pergerakan ekonomi daerah kita dari sektor jasa. Sisihkan dana dari 2 juta rupiah tersebut untuk mengkursuskan sanak, saudara atau kita sendiri untuk belajar program komputer tersebut.

Ada yang menyampaikan kendalanya adalah tempat-tempat kursus atau lembaga-lembaga pendidikan belum ada yang membuka pelatihan-pelatihan seperti itu. Apa benar?

Silakan dicoba, Pemerintah Daerah atau salah satu perusahaan mengumumkan sedang membutuhkan jasa pelatihan untuk mengajarkan Linux. Yakin, tidak akan kurang dari 20 perusahaan, lembaga pendidikan, dan tempat-tempat kursus lokal akan menawarkan jasanya untuk pelatihan tersebut.

Dampaknya sanak, saudara dan kita sendiri akan menjadi lebih bijak dan pintar, serta saudara-saudara kita akan terangkat hidupnya dengan bergeraknya perekonomian karena perputaran uang tersebut.

Selanjutnya, kembali ke kita semua.....

Merpati Dalam Mimpi

Aku sapa mimpi
ada cahaya meniti
lelah ini hati
harap raya dinanti

Aku junjung mimpi
itulah yang berarti
tak puas diri
meksi harus dirinti

Aku tantang mimpi
layaknya tanding seperti
tak aral dihalangi
maut layak menanti


Aku buang mimpi
sayat luka dihati
hilang sudah kini
terbang bagai merpati

Jogja, 050707

Rabu, 04 Juli 2007

Mimpi Siang Hari

Aku punya mimpi
dia tidaklah sepi
bukan sangat tinggi
dimulai awal hari

Aku kejar mimpi
lewatkan malam dini
hingga esok pagi
tahu siapa diri

Aku jadi takut mimpi
ingat tak lagi sendiri
tak tembus jua jati
tapi masih punya hati

Aku lupa mimpi
terpaku tegak berdiri
selalu ingat lagi
buat siapa ini

Aku kumpul mimpi
datang bersama istri
hilang asa berganti
berseri sang putri

Aku dapati mimpi
putri putri kini
ingat dengan Ilahi
akan kita kembali

Aku lihat mimpi
datang siang hari
keluarga dan diri
itu yang dinanti

Jogjakarta, 030707

Selasa, 03 Juli 2007

Berawal Dari Sendiri

Aku buat blog ini berawal dari kesendirian, saat ini aku lagi lanjutin pendidikan alias tugas belajar di Jogjakarta. Kuliahnya 2 minggu sekali, terbayangkan selama 2 minggu harus ngapain...? Untung ada tugas2 dari dosen, tugas2nya lumayan banyak, jadi ada dech kesibukan.

Saking banyaknya tugas, aku malah malas ngerjain. Jadi setiap hari kerjanya chating aja. Tetapi semangat untuk menyelesaikan sekolah ini tetap tinggi. Apalagi kalau ingat sama istri dan anak-anak yang setia menunggu di rumah.