Selasa, 18 September 2007

Kampungmu, Kampungku (Rasamala)


Bandar Kalapa tidak terpilih sebagai pusat pemerintahan oleh Tarumanagara maupun Padjajaran. Karena mandala Kalapa penuh hutan belantara, rawa-rawa, dan banyak binatang buasnya. Selain itu, kerajaan Hindu lebih suka memilih lokasi di pedalaman daripada di pesisir demi alasan security, menghindar dari serangan musuh.

Tatkala penguasa Sunda Padjajaran ingin meningkatkan hubungan perdagangan "internasional", barulah mereka membangun vassal di Kalapa, tetapi ibukota kerajaan tetap di Pakuan, Bogor.

Tatkala kompeni Belanda masuk Kalapa, ternyata bandar ini masih didominasi rimba raya. Bontius, seorang dokter VOC yang meninggal pada tahun 1631 dalam Historiae Naturalis & Medicae Indiae Orientalis menulis, Batavia penuh dengan pohon Indische Eik, jati Hindia. Pakar lain bernama Junghun kemudian mencatat, jenis jati lain yang tumbuh di Batavia adalah Rasamala. Tapi, penduduk tidak pernah menebang pohon ini karena dianggap keramat. Babakan (kulit kayu) Rasamala dapat dijadikan setanggi karena harum baunya. Itulah sebabnya tempat-tempat yang banyak ditumbuhi pohon Rasamala disebut Kampung Kramat.

Ada pula jenis pohon yang dinamakan Cassia Eistula Silvestris. Seorang pakar kehutanan bernama Ramphuis (1606-1702) dalam bukunya berjudul Herbarium Amboinense melaporkan bahwa Cassia tak banyak berguna untuk obat-obatan, kecuali buahnya. Buah Cassia berbentuk bulat panjang. Panjang buah dapat mencapai 35cm, sedangkan lingkar pinggang buah sekitar 5cm. Kedua ujung buah meruncing. Buah yang berwarna coklat muda itu menggelantung di tali ranting pohon. Orang Betawi menyebut pohon ini mengacu pada bentuk buahnya. Pohon ini disebut dengan istilah yang khas, yaitu (maaf) pu'un kontol-kontolan. Buahnya tak dapat dimakan, tetapi dapat dijadikan obat untuk menyembuhkan rematik.

Cara pakianya adalah, bagian tubuh yang encok itu dipukul-pukulkan dengan buah ini. Ramphuis mengatakan Cassia juga disebut Trengguli. Tetapi, ada istilah lain dalam bahasa Latin untuk Cassia, yaitu Solatium Senum, alias penghibur lelaki tua.

Sumber Referensi :
Ridwan Saidi, 1997, Profil Orang Betawi, Asal Muasal, Kebudayaan, Dan Adat Istiadatnya, PT. Gunara Kata

Tidak ada komentar: